Cerita 4
Introvert atau ekstrovert? Karena
tak semua orang harus tahu seperti apa dirimu, ini yang menjadi landasan
seorang anak muda yang akan kita kenali pribadinya. Terlahir dari keluarga
kurang miskin tidak kaya dia mencoba meraih cita-cita yang masih bias karena
tujuan hidupnya ingin membahagiakan kedua orang tuanya. Dalam pergaulan anak
ini aktif dan sangat disenangi di lingkungannya saat berinteraksi.
Semasa kecil hidupnya dalam
kesederhanaan dan lingkungan yang boleh dikatakan keras karena bergaul dengan
bukan orang yang semuanya baik. Anak ini tumbuh berkembang dengan teman – teman
bergaulnya semasa kecil namun memasuki bangku sekolah menengah atas dia lebih
memilih melanjutkan sekolah karena kebanyakan dari temannya berhenti karena
rasa malasnya mengalahkan cita-citanya. Terpisah oleh status pendidikan tidak
berarti hubungan pergaulan juga harus berhenti, mengisi hari-hari dengan
belajar anak ini menyelesaikan sekolahnya dengan nilai yang cukup memuaskanlah.
Melanjutkan studinya ke perguruan
tinggi yang notabene akan menghabiskan banyak biaya tidak menyurutkan niatnya
untuk meraih gelar sarjana. Anak ini memberanikan diri mendaftar tanpa
diketahui orang tuanya yang berharap anaknya setelah lulus sekolah dapat
mencari uang untuk menambah penghasilan keluarganya. Setelah mengikuti tes
masuk perguruan tinggi tiba saatnya pengumuman dan ternyata dia lulus, melihat
hal tersebut dirinya semakin terpacu untuk meraih cita-cita yang masih bias
itu. Memberitahu orang tua mungkin hal yang akan kalian lakukan ketika mendapat
kabar gembira seperti yang dirasakan anak muda ini namun baginya ini merupakan
hal yang sangat berat karena berhubungan dengan uang namun karena semangat yang
berapi-api untuk belajar dia memberanikan diri dan ternyata orang tuanya
mendukung.
Setelah berjalan beberapa minggu
kuliah ternyata ada banyak beasiswa yang bisa mahasiswa dapatkan, ini seperti
petunjuk dari Tuhan untuk anak muda ini agar tidak menyusahkan orang tuanya.
Mendaftarlah anak ini untuk mendapatkan beasiswa dan sekali lagi Tuhan membantunya
dengan meloloskan namanya dalam penerima beasiswa. Sekarang masalah biaya tidak
perlu dipikirkan lagi, hanya fokus pada akademik dan nilai yang harus bagus
didapat.
Semasa sekolah dulu anak ini
bukan orang yang pintar namun dia memiliki semangat pantang menyerah untuk
mengetahui sesuatu sehingga mambawanya pada keinginan yang amat besar untuk
tahu. Sekali lagi anak ini berpikir ketika hanya berakademik mungkin dirinya
sedikit rugi karena setelah ini dia tidak akan lagi bisa merasakan dunia kampus
dengan kondisinya seperti sekarang, jadi anak ini ingin mencoba mengembangkan
kemampuan interaksi sosialnya dengan berorganisasi yang awalnya hanya diajak
oleh seorang teman dan melihat senior-senior yang hebat dalam mengemukakan
pendapatnya di depan umum.
Bertemu dengan orang dengan usia
kira-kira 45 - 50 tahun, orang tua ini bertanya kepada anak muda, “kuliah?”,
“iyya pak”, “organisasi?”, “alhamdulillah pak, iyya”, “bagus itu dek karena
dulu semasa saya kuliah saya juga berorganisasi sebagai ketua himpunan dan
sekarang hasilnya sudah bisa saya petik karena memang ilmu organisasi sangat
banyak membantu di dunia kerja”. Kata – kata bapak itu membuat anak muda ini
semakin bersemangat untuk masuk dunia lembaga kampus dengan harapan minimal
seperti bapak itulah.
Organisasi dan akademik menjadi
aktifitasnya di kampus, keduanya berjalan dengan baik dan saling membantu dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Hingga tiba saatnya dipenghujung
semester akhir dan anak muda ini harus menyelesaikan masa-masa indahnya di
kampus. Wisuda pun tiba dan anak ini mendapat predikat dengan sangat memuaskan
ini merupakan bukti nyata kerja kerasnya tidak sia-sia dan terbayarkan dengan
lunas karena senyuman orang tua yang sangat dia ingin lihat karena dirinya.
Komentar
Posting Komentar